Berwisata Ke Palawangan - Melihat Kerlip Martapura Banjarbaru Dari Langit
Bagi para penggiat Pencinta Alam atau para penyuka
Hiking, dua buah gunung ini bisa dikatakan sangat akrab bagi mereka, terutama
di periode tahun 1995 sampai tahun 2009. Hampir dipastikan setiap malam di akhir
pekan kedua puncak gunung ini ramai dengan para penggiat lingkungan ini.
Bukan perkara mudah sebenarnya menuju puncak
gunung,apalagi menuju puncak Gunung Palawangan yang jalurnya lumayan jauh dan menanjak, namun panorama alam yang disuguhkan dari puncak Gunung Palawangan ini sangat sepadan dengan butiran keringat yang sebelumnya menetes deras membasahi tubuh saat menuju puncak.
Gunung Palawangan ini berada di Desa Awang Bangkal
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Dari Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru,
traveller bisa naik taksi langsung menuju ke Desa Awang Bangkal atau bisa juga
naik Angkot ke bundaran Simpat Empat Banjarbaru, kemudian dari bundaran Simpang
Empat Banjarbaru naik Angdes jurusan Aranio, jangan lupa bilang turun di Desa
Awang Bangkal tepat sebelum jembatan, waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 1
jam.
Nah dari Desa Awang Bangkal, satu-satunya alat yang
bisa digunakan adalah kaki kita, yup, mulai dari Desa Awang Bangkal kita harus
berjalan kaki, kecuali yang punya uang satu peti bisa minta antar pakai
helikopter (itu juga kalau ada ojek helikopter.. he he…).
Membutuhkan waktu sekitar 15 menit melintasi
perumahan warga Desa Awang Bangkal, setelah itu kita melewati ladang-ladang
penduduk, menapaki jalan setapak, bertemu aneka flora khas pegunungan membuat
udara yang dihirup terasa menyegarkan tubuh.
Menyusuri padang ilalang dan tanaman perdu yang
menghiasi dan terkadang menghambat langkah kecil para traveller, namun tidak
menghalangi semangat traveller untuk sesegeranya menuju puncak Gunung
Palawangan.
Sedikitnya diperlukan waktu dua jam menuju puncak, letih
dan perasaan tidak karuan yang menyertai panjangnya perjalanan yang
menanjak dan seakan tidak berujung terbayarkan lunas.
Tiba di puncak Gunung Palawangan ketika mentari
mulai meredup turun menuju peraduan, membuat yang memandang merasa berada
disebuah nirwana menjejak langit.

Saat kegelapan mulai menyelimuti puncak gunung, dan
hanya cahaya api unggun yang meliuk-liuk tertiup angina menerangi sebagian
kecil hamparan puncak gunung, traveler kembali diberi sebuah kejutan indah.
Momen paling dramatis adalah saat pagi hari,
sekitar pukul 05.30 WITA, traveller sebaiknya bangun dari tidur pulas di dalam
tenda doom atau sleeping bag. Pasalnya disaat itulah kita seperti berada di
atas langit.
“Biasanya kalau musim kemarau, ketika subuh, kabut
menutupi bagian bawah puncak sehingga kita yang berada di puncak berasa
di atas langit, sementara bias cahaya matahari perlahan menembus kabut, sungguh
luar biasa, pemandangan yang eksotik,” terang Hardian.(s4g4)
Sudah
Terkenal Sejak Zaman Kesultanan Banjar
Keberadaan
dan nama Gunung Palawangan sudah terkenal sejak zaman
Kesultanan Banjar. Salah satu petunjuk kalau gunung ini sudah bernama
Palawangan tempat ini termasuk dalam mitos yang tersebar turun temurun di
masyarakat Banjar sejak ratusan tahun lampau, gunung yang berada di ujung Barat
Pegunungan Meratus yang banyak ditumbuhi tanaman perdu serta bebatuan cadas itu
mempunyai kisah mistis.
Gunung yang letaknya kurang lebih 57 Km dari kota
Banjarmasin atau 23 km dari Simpang Empat Banjarbaru, dikatakan mempunyai
kaitan erat dengan Gunung Pamaton yang dipercaya sebagian warga Banjar
bertempat sebuah Kerajaan Gaib yang menjadi pusat dari seluruh
kerajaan-kerajaan gaib di dunia saat ini.
Konon ceritanya, pimpinan kerajaan gaib ini seperti
yang dipercayai sebagian masyarakat Banjar adalah Pangeran Suryanata yang
merupakan Raja Dipa di daerah HSU yang kemudian menitiskan raja-raja
Banjar.
Nah, kaitannya dengan Gunung Palawangan adalah
ketika Kerajaan Pamaton Meratus Nang Batuah menggelar pertemuan alam gaib
seluruh dunia di puncak Pamaton yang banyak terdapat dengan batuan seperti dari
zaman megaliticum.
Di puncak itulah para petinggi gaib dari berbagai
penjuru dunia berdatangan , ada yang dari Laut Tengah, dari Laut Merah, Laut
Atlantik, Laut Mati, Laut Jawa, Laut Pasifik. Begitu juga Raja Hayam Wuruk bersama
Patih Gajah Mada yang dikatakan datang ke Pamaton etika menjelang tengah
malam dengan naik kereta kencana dan kuda putih, hal yang sama juga dilakukan
Prabu Siliwangi, Ken Arok dan Air Langga.
Suara gemalen diperdengarkan dari Keraton Raja di
Gunung Keramaian, sementara peralatan makan untuk pertemuan tingkat dunia gaib
itu diambil dari Gunung Palawangan, Awang Bangkal.
Namun apapun cerita mengenai Gunung Palawangan,
yang pasti panorama alam yang terlihat dari puncak sungguh indah dan takkan terlupa.( s4g4)
CONVERSATION