Boneka Import Lebih Tahan Lama

Sylvia pemilik toko
boneka bernama “99’s Gift” yang beralamat di Jalan Sukaramai No. 18
RT.03 RW.01, Martapura, Kalimantan Selatan menjelaskan tentang awal
mulanya merintis karir di bidang perdagangan boneka di awal tahun 2002.
Dia bersama suami mendirikan toko boneka tepat di depan halaman rumahnya yang merupakan tempat strategis karena berada di sekitar pusat Kota Martapura.Menurut
Sylvia, dia mendirikan toko boneka ini awalnya hanya dikarenakan hobi
dari mengoleksi boneka sehingga timbullah niatnya untuk menjadikan
boneka sebagai usaha yang akan dirintisnya pertama kali.
“Kalau urusan laku atau tidaknya
sih nomor dua ya, yang penting bagi saya adalah senang dengan boneka.
Apalagi saat awal saya mendirikan toko boneka, masih belum ada toko
boneka di daerah Martapura. Jadi saya langsung memikirkan ide untuk
mendirikan sebuah toko boneka,” ungkap wanita kelahiran 22 September 1970 ini.
Wanita
yang memiliki gelar Sarjana Ekonomi ini juga menjelaskan bahwa pembeli
dari toko bonekanya sebenarnya beragam, tapi kebanyakan adalah anak-anak
dan para remaja.
“Anak-anak
cenderung ingin memiliki boneka hanya untuk dimainkan saja, sedangkan
para remaja biasanya membeli boneka sebagai koleksi atau bisa juga
dijadikan kado yang akan dihadiahkan kepada teman atau kekasihnya,” ujar Sylvia kemarin (23/1).
Menurut Sylvia, boneka yang paling diminati di kalangan anak-anak adalah jenis boneka karakter, animasi dan kartun terkenal seperti spongebob, doraemon, mickey mouse, Dan lainnya.
“Sedangkan para remaja biasanya menggemari jenis boneka berbentuk bantal dan teddy bear,” imbuhnya.
Untuk
kisaran harga yang dijual di toko bonekanya, Sylvia menjelaskan bahwa
semua boneka yang dijualnya adalah boneka import built up dan boneka
import biasa yang harganya berkisar dari Rp.35 ribu sampai Rp.1.5 juta. Namun, boneka yang paling laku dijual adalah boneka yang harganya berkisar dari Rp.100 ribu sampai Rp.300 ribu.
Sylvia
mengakui, media televisi dan internet sangat membantunya untuk
mengetahui tren boneka seperti apa yang kira-kira diminati oleh para
pembeli. Selain itu, permintaan dan pemesanan pembeli secara langsung
juga menjadikan referensi tentang boneka yang akan dibelinya secara
langsung dengan distributor.
“Tren
yang muncul sering kali sangat berpengaruh dan sangat menguntungkan.
Contohnya saja penayangan cartoon dan animasi seperti spongebob, angry
bird, upin-ipin dan shaun the sheep di salah satu stasiun televisi
swasta. Permintaan dan pemesanan boneka dari pembeli bisa saja tiba-tiba
meledak hanya gara-gara media televisi,” terang wanita yang telah memiliki dua anak tersebut.
Untuk jenis dari boneka sendiri ungkapnya, terbagi
tiga, yaitu boneka import built up (import sepenuhnya, bahan dan proses
produksi dilakukan di luar negeri), boneka import biasa (bahan import
dari luar negeri tapi proses produksi dilakukan di Indonesia) dan yang
terakhir adalah boneka lokal, yaitu boneka dengan bahan dan proses
produksi yang murni dilakukan dari Indonesia.
Sylvia
menerangkan, mutu dan kualitas boneka yang dijual di tokonya merupakan
boneka import built up boneka import biasa. Dia tidak menjual boneka
lokal, karena menurutnya kualitas dan mutu dari boneka lokal kurang
bagus.
Ciri-ciri
dari boneka import built up dan boneka import biasa yakni bulu dari
bonekanya tahan lama hingga puluhan tahun, warnanya tidak memudar dan
bisa dicuci dengan menggunakan mesin cuci.
Hal
ini sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan boneka lokal yang
kualitasnya sendiri tidak tahan lama dan tidak bisa dicuci karena bisa
menyebabkan kerusakan pada bulu boneka.
Kendala
yang dihadapi oleh Sylvia sekarang yaitu banyaknya boneka hasil dari
produk Bandung yang dijual di pedagang kaki lima. Hal tersebut tentu
saja mematahkan pasaran kualitas boneka import built up dan boneka
import biasa, karena produk boneka dari Bandung sendiri merupakan produk
lokal yang harganya cenderung murah. Sedangkan masyarakat luas umumnya
kurang mengetahui perbedaan kualitas dan mutu dari boneka impor dan
lokal.
Kendala
lainnya yang juga menjadi masalah adalah terbatasnya boneka import
built up yang tersedia di Indonesia, sehingga apabila menginginkannya
harus memesan terlebih dahulu kepada distributor boneka yang terletak di
Jakarta dan diperlukan waktu yang lumayan lama.
Untuk
mengatasi kendala dari kurangnya pengetahuan para pembeli tentang
perbedaan kualitas dan mutu, Sylvia biasanya menjelaskan apa saja
perbedaan yang mendasar dari boneka import built up, boneka import biasa
dan boneka lokal.
Wanita yang di tokonya juga menjual asesoris
dan berbagai macam jenis kado ini menjelaskan tentang penjualan
bonekanya yang bisa saja mengalami kenaikan laba drastis yaitu setelah
lebaran idul fitri dan di bulan Februari pada saat mendekati hari
valentine.
“Biasanya
para remaja memburu boneka teddy bear yang berwarna merah muda dan
bantal-bantal berbentuk hati yang melambangkan kasih sayang. Setelah
itu, boneka dan bantal tersebut dibingkis dengan kado berpita dan kadang
didalamnya juga dimasukkan sebatang coklat,” ucapnya.
Pada bulan-bulan biasa, Sylvia mengakui bahwa laba yang didapat dari penjualan boneka adalah sekitar Rp.3 juta sampai Rp.5 juta. Sedangkan pada bulan Februari, laba penjualan dapat meningkat berkali-kali lipat.(zi/al)
CONVERSATION