Kondisi Aman Menjadi Harapan
KALIMANTAN VIEW -
Dalam beberapa pekan terakhir persoalan BBM selalu menjadi perbincangan hangat
dimasyarakat, juga terhadap lemahnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dan pihak Pertamina dalam melihat persoalan ini. Belum lagi
terhadap masih adanya para oknum yang dengan sengaja memainkan BBM sehingga itu
juga yang menyebabkan kelangkaan BBM didaerah dan itu luput dari pengawasan
pemerintah daerah dan aparat penegak hukum.
Untuk
sebagian pihak ada dugaan permainan yang dilakukan, dan hal tersebut dilihatkan
begitu saja tanpa adanya investigasi kepalangan atau pun menelaah apa yang
menjadi keluhan dan permasalahan selama ini. Sama halnya dengan daerah lain,
Kabupaten Kotabaru juga mengalami hal demikian, kelangkaan BBM membuat sebagian
besar masyarakat harus melakukan berbagai cara, misalnya saja adalah melakukan
demo di gedung DPRD atau meminta hearing dengan tegas dan lain
sebagainya, belum lagi kepada pihak Pertamina yang memang menjadi perhatian
serius oleh pemerhati langkanya BBM beberapa waktu lalu.
Pengawasan yang baik dari hulu ke hilir menjadi harapan masyarakat dalam menyikapi hal ini dengan serius bukan hanya sebagai tameng saja melainkan dilakukan dengan baik dan benar, setidaknya dengan begitu juga kepada mereka yang mau bermain secara tidak sehat bisa lebih diminimalisirkan atau dihilangkan, walaupun kalau boleh jujur hal tersebut akan sulit untuk diungkap karena memang ada orang-orang kuat tertentu yang memainkannya dibelakang skenario.
Salah satu pengelola SPBU yang berada dikawasan Sungai Taib Kotabaru menyatakan, pihaknya tentu menghendaki adanya kondisi yang kondusif, aman dari segala macam hal yang tidak mereka kehendaki. “Kalau dari pihak kami pastinya kondisi aman menjadi harapan bersama agar semua pihak terutama masyarakat pengguna BBM secara langsung bisa terlayani dengan baik sesuai dengan harapan,” ujar Sahnur pengawas pada SPBU Mitra Cinsan Abadi, saat ditemui oleh Kalimantan View di ruangannya.
Lebih jauh dikatakannya, untuk jatah pada SPBU nya tiap hari bervariasi tidak sama dari hari kehari, kadang hanya mendapatkan jatah 10 ton bahkan bisa juga 20 ton sehari. Ia menyadari kebutuhan akan BBM khususnya di Kotabaru begitu besar itu terlihat dengan setiap harinya kendaraan yang melakukan pengisian sangat begitu banyak. “Dengan kondisi normalnya biasanya pada SPBU ini minyak yang akan terjual kemasyarakat habis pada pukul 16.00 wita, dengan kebutuhan 10 – 20 ton perhari hanya untuk 1 SPBU itu dinilai sangat banyak belum lagi pada SPBU lainnya,” tambahnya.
Sebagaimana hasil kesepakatan yang pernah dirapatkan pada hearing DPRD yakni ada satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam melihat kondisi ini khususnya bagi para pelangsir yang mendistribusikan minyaknya ke daerah luar kota yang jauh, 1 pengendara hanya boleh mendapat jatah 2 jerigen saja perharinya kalau misalkan lebih dari itu maka jelas akan melanggar dari ketentuan.
Lain halnya dengan pendapat salah seorang pengamat sosial ekonomi di Kotabaru MN Asikin Ngile, SH mengatakan dengan tegas, bahwa ia menilai untuk pendistribusian BBM di daerah Kotabaru sangat dirasa cukup dengan perhitungan berapa banyak kendaraan bermotor yang mengisi BBM disetiap SPBU dan ada 3 buah didalam kota itu sangat cukup.
Hanya saja yang ia sesalkan adalah karena masih adanya para pengumpul untuk kepentingan pribadi mereka sendiri justru hal tersebut salah satu penyebab langkanya BBM di Kotabaru. Dikatakannya juga, belum lagi permainan BBM yang harusnya keluar dari Depot Pertamina dengan harga subsidi akan tetapi faktanya ada sebagian malah yang menjualnya dengan harga industri dan itu merupakan salah satu bentuk kesalahan yang terus dilakukan.
“Kalau saya secara pribadi melihat ini adalah tidak adanya ketegasan dari pihak aparat penegak hukum untuk melakukan apa yang memang seharusnya dilakukan dengan jalur yang benar, dan juga kepada pihak Pertamina terlebih SPBU dinilai sangat kurang menyikapinya dengan baik sehingga kelangkaan BBM bisa terjadi,” tegasnya.
Ia menghendaki kalau memang persoalan ini disikapi dengan baik, maka semua pihak harusnya bisa saling berkoordinasi dalam melihat secara jelas untuk bisa menjalankan suatu aturan sesuai dengan apa yang menjadi permasalahannya. Bukan hanya pemerintah saja yang dirugikan dalam hal ini, akan tetapi masyarakat yang mendapat kerugian terbesar dengan langkanya BBM sudah dapat dipastikan kebutuhan pokok dan lain sebagainya yang berhubungan akan semakin sulit juga untuk didapat.
“Harusnya memang ada ketegasan yang dilakukan untuk menyikapinya dengan benar, jangan sampai masyarakat yang akan menjadi korban sementara mereka yang sengaja memainkan kondisi ini tenang dan santai-santai saja diluar sana,” tutupnya di akhir perjumpaan. (rahman/amr)
Pengawasan yang baik dari hulu ke hilir menjadi harapan masyarakat dalam menyikapi hal ini dengan serius bukan hanya sebagai tameng saja melainkan dilakukan dengan baik dan benar, setidaknya dengan begitu juga kepada mereka yang mau bermain secara tidak sehat bisa lebih diminimalisirkan atau dihilangkan, walaupun kalau boleh jujur hal tersebut akan sulit untuk diungkap karena memang ada orang-orang kuat tertentu yang memainkannya dibelakang skenario.
Salah satu pengelola SPBU yang berada dikawasan Sungai Taib Kotabaru menyatakan, pihaknya tentu menghendaki adanya kondisi yang kondusif, aman dari segala macam hal yang tidak mereka kehendaki. “Kalau dari pihak kami pastinya kondisi aman menjadi harapan bersama agar semua pihak terutama masyarakat pengguna BBM secara langsung bisa terlayani dengan baik sesuai dengan harapan,” ujar Sahnur pengawas pada SPBU Mitra Cinsan Abadi, saat ditemui oleh Kalimantan View di ruangannya.
Lebih jauh dikatakannya, untuk jatah pada SPBU nya tiap hari bervariasi tidak sama dari hari kehari, kadang hanya mendapatkan jatah 10 ton bahkan bisa juga 20 ton sehari. Ia menyadari kebutuhan akan BBM khususnya di Kotabaru begitu besar itu terlihat dengan setiap harinya kendaraan yang melakukan pengisian sangat begitu banyak. “Dengan kondisi normalnya biasanya pada SPBU ini minyak yang akan terjual kemasyarakat habis pada pukul 16.00 wita, dengan kebutuhan 10 – 20 ton perhari hanya untuk 1 SPBU itu dinilai sangat banyak belum lagi pada SPBU lainnya,” tambahnya.
Sebagaimana hasil kesepakatan yang pernah dirapatkan pada hearing DPRD yakni ada satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam melihat kondisi ini khususnya bagi para pelangsir yang mendistribusikan minyaknya ke daerah luar kota yang jauh, 1 pengendara hanya boleh mendapat jatah 2 jerigen saja perharinya kalau misalkan lebih dari itu maka jelas akan melanggar dari ketentuan.
Lain halnya dengan pendapat salah seorang pengamat sosial ekonomi di Kotabaru MN Asikin Ngile, SH mengatakan dengan tegas, bahwa ia menilai untuk pendistribusian BBM di daerah Kotabaru sangat dirasa cukup dengan perhitungan berapa banyak kendaraan bermotor yang mengisi BBM disetiap SPBU dan ada 3 buah didalam kota itu sangat cukup.
Hanya saja yang ia sesalkan adalah karena masih adanya para pengumpul untuk kepentingan pribadi mereka sendiri justru hal tersebut salah satu penyebab langkanya BBM di Kotabaru. Dikatakannya juga, belum lagi permainan BBM yang harusnya keluar dari Depot Pertamina dengan harga subsidi akan tetapi faktanya ada sebagian malah yang menjualnya dengan harga industri dan itu merupakan salah satu bentuk kesalahan yang terus dilakukan.
“Kalau saya secara pribadi melihat ini adalah tidak adanya ketegasan dari pihak aparat penegak hukum untuk melakukan apa yang memang seharusnya dilakukan dengan jalur yang benar, dan juga kepada pihak Pertamina terlebih SPBU dinilai sangat kurang menyikapinya dengan baik sehingga kelangkaan BBM bisa terjadi,” tegasnya.
Ia menghendaki kalau memang persoalan ini disikapi dengan baik, maka semua pihak harusnya bisa saling berkoordinasi dalam melihat secara jelas untuk bisa menjalankan suatu aturan sesuai dengan apa yang menjadi permasalahannya. Bukan hanya pemerintah saja yang dirugikan dalam hal ini, akan tetapi masyarakat yang mendapat kerugian terbesar dengan langkanya BBM sudah dapat dipastikan kebutuhan pokok dan lain sebagainya yang berhubungan akan semakin sulit juga untuk didapat.
“Harusnya memang ada ketegasan yang dilakukan untuk menyikapinya dengan benar, jangan sampai masyarakat yang akan menjadi korban sementara mereka yang sengaja memainkan kondisi ini tenang dan santai-santai saja diluar sana,” tutupnya di akhir perjumpaan. (rahman/amr)
CONVERSATION